Blogger templates

Selasa, 24 Januari 2012

FIKIH MADZHAB JA’FARI : Sebuah Perkenalan

Alhamdulillah, segala puji milik Allah subhanahu wa ta’ala. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kehadirat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam beserta sahabat, keluarga, dan umatnya yang setia hingga akhir zaman. Amiin.

Dalam dunia fikih, kita mengenal ada empat madzhab besar, yaitu : Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Keempat madzhab tersebut tumbuh dan berkembang pesat diantara kaum muslimin di dunia ini. Bahkan keempat madzhab tersebut, masing-masing telah memiliki territorial tersendiri yang tidak bisa dimasuki oleh madzhab selainnya.


Apabila kita membuka mata kita lebih lebar, akan kita dapati selain keempat madzhab tersebut ada dzhab yang tidak kalah besar dan telah ‘dianut’ oleh juta-an kaum muslimin, terutama di daerah Persia dan timur tengah, yaitu MADZHAB JA’FARI.

Madzhab ini juga sebenarnya telah lama masuk ke wilayah nusantara, dan pengikutnya dari tahun ke tahun juga terus mengalami peningkatan. Meski masih banyak orang yang antipati terhadap madzhab (yang bukan) baru ini.

Tak kenal maka tak sayang, begitulah kata pepatah. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini marilah kita sama-sama mengenal tentang Madzhab Ja’fari ini.


APA ITU MADZHAB JA’FARI?

Madzhab Ja’fari adalah madzhab fikih yang dinisbatkan kepada Imam Ja’far bin Muhammad As-Shodiq, yang hidup antara tahun 88 – 148 hijriyah. Beliau adalah seorang ‘alim yang ahli dalam bidang fikih, bahkan banyak yang meyakini bahwa Abu Hanifah (pendiri madzhab Hanafi) dan Malik bin Anas (pendiri madzhab Maliki) adalah diantara orang-orang yang berguru kepada beliau.

Pada hakikatnya, fikih Madzhab Ja’fari adalah fikihnya ahlul bait, karena sesungguhnya fikih ini terlahir langsung dari Rasulullah yang mengajari secara khusus sepupu dan khalifahnya Ali bin Abi Tholib, kemudian menurun kepada anak beliau Husain bin Ali, kemudian menurun kepada anak beliau Ali bin Husain Zainal Abidin, kemudian menurun kepada anak beliau Muhammad bin Ali Al-Baqir, kemudian menurun kepada anak beliau Ja’far bin Muhammad As-Shodiq. Silsilah fikih imamiyah (turun temurun secara langsung dari Rasulullah kepada para imam) ini menjadikan fikih ini begitu istimewa!

APA KEISTIMEWAAN MADZHAB JA’FARI?

Jika kita bertanya, kenapa dalam fikih empat madzhab terdapat banyak perbedaan pendapat, bahkan dalam satu madzhab terdapat ribuan perbedaan? Sehingga hampir saja bisa kita katakana bahwa mereka hanya bersepakat pada satu hal : bersepakat untuk berbeda!

Jawabannya mudah, karena mereka meninggalkan tuntunan para imam ma’shum, dan lebih memilih pendapat ‘orang-orang biasa’. Hijrah dari ajaran murni “ahlul bait” menuju ajaran baru ‘yang katanya menegakkan sunnah’ (bagaimana mungkin sunnah ditegakkan tanpa bimbingan ahlul bait yang menerima ajaran sunnah secara langsung dari Rasulullah?).

Kenyataan inilah yang menjadi satu titik keistimewaan Madzhab Ja’fari, tidak hanya mengangkat Rasulullah sebagai mashdar sentral dalam beragama, namun juga dengan bimbingan ahlul bait, terlebih para imam ma’shum.

USHUL FIKIH MADZHAB JA’FARI

Sebagaimana lazimnya sebuah madzhab fikih, Madzhab Ja’fari juga memiliki ‘Ushul’ yang menjadi landasan dalam menanggapi urusan-urusan fikih.

Ushul dalam Madzhab Ja’fari dikenal dengan “Al-Ushul Al-Arba’umi’ah” (400 Kaidah).

Berkata Ayatullah Ja’far As-Sabhani dalam kitabnya Adwarul fiqhil imami : “para murid imam ahlul bait telah menulis 400 kaidah ushul sejak zaman Imam Ja’far As-Shodiq hingga akhir zaman Imam Ar-Ridho, kaidah ushul ini dikenal dengan sebutan “Al-Ushul Al-Arba’umi’ah”. Kaidah-kaidah ini memiliki keistimewaan dan kedudukan yang tidak dimiliki selainnya”.

Empat ratus kaidah ini memang tidak ditulis dalam satu kitab khusus, namun kita akan menemukan banyak dari kaidah ini tersirat dalam 4 kitab utama Madzhab Ja’fari, yaitu (Al-Kaafi, Man Laa Yahdhuruhul Faqih, Tahdzibul Ahkam, dan Al-Istibshor).

Inilah sekelumit perkenalan dengan Madzhab Ja’fari, semoga bisa menjadi awal perkenalan yang ‘baik’.
_________________________
CATATAN PENTING! 
Tulisan ini dibuat berdasarkan sudut pandang ‘mereka’, bagi antum yang ‘terlanjur’ membaca artikel ini ana ‘wajibkan’ untuk membaca artikel berikutnya, yang berjudul “FIKIH MADZHAB JA’FARI : Perkenalanpun Berlanjut”.  Setelah membaca artikel sequel nya barulah antum boleh berkomentar.

Wallahu a’lam bis showab.

0 komentar:

Posting Komentar