Blogger templates

Minggu, 01 Desember 2013

DAKWAH SALAFI bukan DAKWAH LABELISASI

Alhamdulillah, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat serta orang-orang yang setia mengikuti sunnahnya hingga hari akhir. Amiin.

Geliat dakwah ahlus sunnah wal jama’ah atau terkadang dikenal dengan dakwah salafiyah semakin hari semakin menunjukkan grafik peningkatan. Dakwah kebenaran ini tidak hanya ‘menjangkiti’ kota-kota besar, namun desa-desa kecil dan terpencilpun mulai ‘dimasuki’nya.


Tidak ada yang bisa membendung sunnatullah, meski dengan gencar diadakan seminar-seminar “anti salafi”, disampaikan di pengajian-pengajian, bahkan dengan fitnah-fitnah… semua itu tidak dapat membendung sunnatullah,

وقل جاء الحق وزهق الباطل ، إن الباطل كان زهوقا

Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. [Q.S. Al-Israa' : 81]

Gerakan dakwah salafiyah memang tidak terkoordinir secara sentral, bahkan terkesan sporadis. Namun, karena dakwah ini adalah dakwah kebenaran, maka setiap langkahnya pasti berbuah barokah.

Namun disamping ‘prestasi’ yang menggembirakan ini, ada hal-hal yang kurang pas yang masih diyakini sebagian salafiyin sebagai bagian dari al-manhaj as-salafy, yaitu kebiasaan “labelisasi”.

Dalam hal ini paling tidak kita jumpai ada tiga jenis orang yang berbeda :
Pertama, mereka yang gemar melabeli orang-orang yang tidak sesuai dengan “ra’yu” nya, biasanya mereka akan dengan mudah mengatakan “mereka itu sururi”, “mereka itu hizbi”, “mereka itu turotsi”, dsb.

Kedua, mereka yang menjauhi kebiasaan labelisasi namun bereaksi apabila ‘dilabeli’, mereka ini bisa kita katakan sebagai tipe kayu bakar, mudah terprovokasi.

Ketiga, mereka yang tidak mau ikut-ikutan dengan metode dakwah labelisasi.

Dakwah Labelisasi

Gejala labelisasi sebenarnya sudah cukup lama menjangkiti umat ini, cara labelisasi dianggap sebagai cara paling efektif dalam penjaringan massa dan pembentukan public opinion. Lihat saja apa yang gencar dilakukan oleh Bapak Said Agil Siraj dkk, mereka berusaha memopulerkan label “wahabi” lalu menyematkan kepada lembaga dan personal tertentu. Jadi mereka tidak perlu kerja dua kali, cukup menjelaskan apa itu wahabi sesuai keinginannya, kemudian mencap dan melabelisasi ‘musuh-musuh’nya dengan label ini, maka dengan sendirinya masyarakat akan bertindak atau bersikap! Efektif dan efisien.

Manhaj ini sejatinya bukanlah manhaj yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, apalagi di praktekkan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Manhaj ini lebih mirip dengan strategi politik para penjajah dalam menguasai sebuah Negara, yaitu devide et impera  atau politik pecah belah.

Lantas bagaimana sikap kita?

Pada hakikatnya, sebuah ‘istilah’ yang tidak datang dari Allah dan RasulNya memiliki multi tafsir, sebagai contoh istilah “wahabi” tadi.

Coba kita pikirkan, kira-kira mana yang benar, mengatakan : “saya seorang wahabi”, atau “saya bukan wahabi”!! jawab : Tentu saja tidak ada yang benar dan juga tidak ada yang salah, loh kok bisa? ada tiga alasan,

Pertama, jika istilah wahabi diartikan sebagai “teroris perusak”, maka tidak benar kita mengatakan “saya seorang wahabi”. Namun jika wahabi diartikan sebagai “penyeru dakwah tauhid”, maka tidak benar kita mengatakan “saya bukan wahabi”.

Kedua, lalu yang benar istilah wahabi itu apa? Teroris atau penyeru dakwah tauhid?? Relative, karena istilah ini bukan istilah yang syar’i (datang dari Allah dan RasulNya) maka tidak akan ada kata sepakat diantara manusia.

Ketiga, untuk apa kita mengatakan saya wahabi atau bukan wahabi, toh kita tidak dituntut sebuah pengakuan yang seperti ini, yang dituntut adalah pengakuan keislaman, syahadat, mengakui Allah sebagai Rabb, Muhammad sebagai Nabi dan Islam sebgai agama. Bukan demikian??

Maka sikap kita simple aja, biarkan anjing menggonggong kafilah tetap berlalu…

Itu kan labelisasi versi ‘tetangga’, lha bagaimana dengan labelisasi versi sebagian salafiyin?

Sama saja. Orang-orang yang gemar menebarkan metode / manhaj penjajah ini pada sejatinya memiki banyak kesamaan. Istilah-istilah seperti : surury, turotsy, hizby, ikhwany dsb, tidak berbeda dengan istilah ‘wahaby’ yang digembor-gemborkan oleh orang-orang syi’ah dan konco-konconya. Kok bisa? ya bisa lah, kan sama-sama multi tafsir, dan tidak ada yang bisa menjudge mana yang benar dan mana yang salah.

Tidak percaya? Coba kita telisik sedikit…

Ikhwany

Istilah ini dimaksudkan sebagai penisbatan kepada Jama’ah Al-Ikhwan Al-Muslimin yang didirikan pertama kali oleh Hasan Al-Banna di Mesir. Ikhwanul Muslimin (IM) adalah layaknya sebuah Organisasi modern, memiliki jajaran pengurus dan anggota, juga simpatisan.

Layaknya organisasi modern lain seperti Muhammadiyah, NU, Persis dan Al-Irsyad, maka penisbatan kepada organisasi-organisasi tersebut haruslah seusai dengan prosedural yang berlaku. Ada proses administrasi untuk bergabung, barulah dikatakan sebagai Muhammady, Nahdhy, Irsyady… juga Ikhwany.

Jika seseorang hanya sekedar simpati, atau memiliki beberapa kesamaan visi dan misi, atau mungkin hanya ‘memaklumi’, --secara procedural-- tidak bisa dikatakan sebagai Ikhwany… Namun kenyataan yang ada, penyematan nama [label] “ikhwany” tidaklah berdasarkan prosedur yang berlaku.

Siapun yang suka berdemo, maka dia ikhwany. Siapapun yang suka berpolitik praktis, maka dia ikhwany. Siapapun yang membaca buku dan menukil perkataan Hasan Al-Banna, maka dia ikhwany. Siapapun yang menukil perkataan tokoh-tokoh IM, maka dia ikhwany… dan seterusnya.

Runutannya tidak lebih dari seperti ini :
- IM adalah kelompok sesat.
- Berdekatan dengan IM mengakibatkan terkena syubhat kesesatannya.
- Terkena syubhat kesesatan IM = pengikut IM,
- Artinya dia adalah IKHWANY.

Sebuah cara berpikir yang praktis, simple dan mudah diterapkan oleh siapapun!!

Surury

Berbeda dengan ikhwany, istilah surury terlahir dari seorang yang bernama Muhammad Surur bin Nayif Zainal ‘Abidin.

Muhammad Surur adalah seorang yang tumbuh di Negara Arab Saudi, dia dikenal sebagai seorang aktifis dakwah muda yang enerjik dan produktif, hingga pada saat kejadian teluk melanda Arab Saudi, para petinggi kerajaan memutuskan untuk meminta dukungan militer dari Amerika guna mencegah kemungkinan serangan dari tentara Saddam Husain.

Keputusan kerajaan Arab Saudi ini menuai protes dari beberapa kalangan, termasuk yang paling menampakkan diri adalah Muhammad Surur ini. Para ulama senior termasuk Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah saat itu telah menasehati seluruh kaum muslimin terutama warga Arab Saudi dan menjelaskan tentang keputusan kerajaan meminta bantuan dari Amerika. Penjelasan para ulama senior ini diterima oleh sebagian besar warga, namun tidak oleh Muhammad Surur.
Bahkan Muhammad Surur tampil dengan berani di seberang para ulama tersebut, dia melawan, membantah dan menegaskan bahwa hal ini adalah sebuah kesalahan fatal!! Keberanian yang over tersebut mengakibatkan Surur harus pergi dari Kerajaan Arab Saudi, dia pindah ke negeri Inggris.

Kepergian Surur dari Arab Saudi tidak mengakibatkan dirinya berhenti mengkritik, bahkan di negeri barunya, dia membentuk sebuh jaringan dunia yang menyebarkan keburukan-keburukan politik Arab Saudi, dan bahkan mengkritik tajam para ulama senior Arab Saudi, banyak dari kritikannya terkesan berlebihan dan tidak beradab.

Begitulah kurang lebih sosok Muhammad Surur yang cukup menggemparkan dunia Islam.

Muhammad Surur menjadi lebih terkenal dengan adanya label “SURURY”, pengikut Muhammad Surur. Jika kita amati, penyimpangan pokok pemikiran Muhammad Surur yang menonjol dan menjadi ciri khas dari pemikiran-pemikiran lain adalah “penolakan terhadap bantuan Amerika kepada Arab Saudi”. Artinya, orang-orang yang tidak setuju dengan keputusan pemerintah Arab Saudi dan jajaran ulama seniornya dalam mendatangkan bantuan dari Amerika, maka dia memiliki kesamaan paham dengan Muhammad Surur, dia adalah SURURY.

Namun, tidak demikian kenyataannya. Label Surury (yang memang tidak ada dhowabith pastinya), diartikan sebagai penyelisihan pandangan terhadap sejumlah ulama dan ustadz tertentu. Maksudnya?

Ya, mudah saja. Kalau ada seorang yang mengaku salafy, tapi dia tidak mentahdzir fulan dan fulan, padahal fulan dan fulan telah di tahdzir oleh Syekh fulan maka dia Surury. Atau lebih parah dari itu, siapapun yang terhubung -baik langsung ataupun tidak langsung- dengan yayasan-yayasan yang sudah di cap sebagai ‘surury’, maka dia juga surury.
Sama seperti sebelumnya, cara pemberian label surury sangat praktis, yaitu :

- Muhammad bin Surur adalah orang yang berpemikiran sesat.
- Siapapun yang setuju dengan pemikiran M Surur maka dia surury.
- Pemikiran yang mana? Pemikiran apa saja, yang penting tidak sesuai dengan pandangan masyaikh salafiyah senior.
- Biar lebih mudah dipahami, surury adalah sekelompok yang mengaku salafy tapi tidak mau ngaji dengan ustadz-ustadz salafy.

Ruwet kan? Begitulah, namun tidak bagi yang menjalankan… semua yang tidak sesuai dengan pandangan dan pendapatnya ditebas dengan label surury!! Surury sebuah senjata ampuh pemusnah massal !!

Hizby

Istilah yang satu ini tidak kalah popular dari dua istilah sebelumnya. Penisbatan kepada ”hizb” (partai atau golongan).
Berbeda dengan dua istilah sebelumnya, isitlah ini lebih tidak jelas mengarah kemana, karena di dalam Al-Qur’an sendiri penggunaan kata “hizb” memiliki dua makna yang berlainan : -pertama- makna positif dan -kedua- makna negatif.

Makna positifnya adalah dalam firman Allah :

أُوْلاَئِكَ حِزْبُ اللهِ أَلآَإِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Mereka itulah hizb Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizb Allah itulah golongan yang beruntung. [Al Mujadalah:22].

وَمَن يَتَوَلَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْغَالِبُونَ

Dan barangsiapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya (pengikut) hizb Allah itulah yang pasti menang. [Al Maidah:56].

Makna negatifnya adalah dalam firman Allah :

استحوذ عليهم الشيطان فأنساهم ذكر الله أولئك حزب الشيطان ألا إن حزب الشيطان هم الخاسرون

Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah hizb syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizb syaitan itulah (hizb) yang merugi. [Al-Mujadilah:19].

Nah, sekarang penisbatan hizby secara muthlaq itu kemana? Hizbullah atau hizbusyaithon…?? Anggaplah penisbatan hizby secara muthlaq itu mengarah pada hizbu syaithon, maka dhowabithnya jelas, Al-Qur’an telah menjelaskan secara rinci dalam ayat ke 14-19 dalam surat Al-Mujadilah ini, yang pada intinya ada 4 hal, yaitu :
  1. Loyal kepada orang yahudi.
  2. Bersumpah dusta.
  3. Bersembunyi dibalik keimanan palsu, menampakkan keimanan namun menyembunyikan kekufuran.
  4. Lupa dari berzikir kepada Allah.
Dan Ibnu Katsir menafsirkan bahwa mereka adalah orang-orang Munafiq.

Jika memang benar label hizby secara muthlaq berarti hizbu syaithon, maka makna hizby adalah orang munafiq, adakah dari kita yang mampu memvonis seseorang dengan kemunafikan??? Bahkan sahabat sekelas Umar bin Khottob pun tidak mampu, karena kemunafikan adalah urusan bathin.

Namun, lagi-lagi, penggunaan label hizby tidaklah demikian… label hizby dialamatkan kepada semua orang yang berorganisasi (tandhim), maka semua organisasi adalah hizby yang sesat! Sebutlah semua organisasi islam di dunia ini, mulai dari Organisasi luar negeri, seperti : Ihyaut Turots, Ikhwanul Muslimin, Anshorus Sunnah, hingga organisasi dalam negeri, seperti : Muhammadiyah, Persis, NU, Al-Irsyad, Wahdah Islamiyah dan bahkan yang mirip dengan organisasipun termasuk, seperti Yayasan dan LSM. Tidak pandang bulu!

Sehingga cara pelabelan dengan hizby lebih praktis dari dua label sebelumnya, yaitu :
Semua yang memiliki struktur yang tersusun rapi adalah hizby. Wow?????

Selain ketiga ‘label’ diatas sebenarnya masih ada label lain yang juga popular, seperti turotsy dan  quthby. Namun, terlalu panjang rasanya kalau dijabarkan satu-persatu…

Tulisan saya ini mungkin saja dianggap sebagai tulisan sarat syubhat, atau mungkin saya akan dituduh sebagai hizby ikhwany surury turotsy, biar saja, toh kita gak akan masuk neraka kalau menyandang gelar hizby, ikhwany, surury, turotsy, apalagi yang memberi gelar adalah orang yang ‘tidak jelas’…!!

Al-‘Ibrotu lil ‘Maqosidi Wal Ma’ani Laa lil Alfaadh wal Mabani.

Ada sebuah kaidah fikih yang sangat terkenal, yaitu :

العبرة للمقاصد والمعاني لا للألفاظ والمباني

“Pelajaran ada pada maksud dan makna, bukan pada lafadh dan mabna”.

Yang artinya, terserah orang lain mau bilang kita ini surury, ikhwany, hizby, wahaby, atau julukan-julukan apa saja… toh itu semua tidak akan merubah status kita dihadapan ALLAH.

Disisi lain, silahkan kita menamakan diri kita sebagai salafy, atsary, sunny, dan lain lain… toh itu semua [juga] tidak akan mengubah status kita dihadapan ALLAH…

Ingat yang penting itu bukan nama, tapi nilai, bukan embel-embel tapi amalan, bukan pengakuan semata, tapi realisasi dan implementasi…

Jikalau pengakuan syahadat tidak diterima lantaran tidak ikhlas, maka apatah artinya pengakuan salafy jika tanpa amalan…

Imam Syafi’I Rofidhi??

Kita tau bahwa salah satu aliran sesat yang paling sesat dalam islam adalah syi’ah. Terkadang kelompok syi’ah dinamakan Itsna ‘Asyariyah, Imamiyah, Rofhidhoh, dsb. Meski nama-nama tersebut sudah sangat dikenal dan hampir semua kalangan mengetahui maksudnya, namun tetap saja, nama-nama tersebut tidak memiliki terminology secara syari’ah dalam artian istilah tersebut datang dari Allah dan RasulNya.

Hingga pernah, istilah Rofidhoh disalahartikan sebagai ‘Pecinta Ahlul Bait’, lalu pengartian salah ini dikaitkan dengan ijma’ ulama tentang kesesatan rofidhoh. Maka terbentuklah opini, bahwa semua orang yang mencintai Ahlul Bait adalah Rofidhoh, dan semua Rofidhoh adalah sesat. Tentu saja ini sebuah pemahaman yang keliru dan sangat keliru.

Diantara ulama yang meluruskan kesalahpahaman ini adalah Imam As-Syafi’i, beliau mengatakan sebuah perkataan yang sangat terkenal, :

ان كان رفضا حب آل محمد فليشهد الثقلان أني رافضي

“Apabila (makna) ‘rofidhoh’ itu cinta kepada Ahlul Bait, maka persaksikanlah jin dan manusia sekalian bahwa AKU ADALAH SEORANG ROFIDHOH”

Alangkah bijaknya Al-Imam As-Syafi’i… alangkah cerdasnya Al-Imam As-Syafi’i… Alangkah ‘salafy’ nya Al-Imam As-Syafi’i. Beliau paham bahwa tercelanya rofidhoh bukan karena namanya rofidhoh, namun karena kesesatan yang ada pada mereka.

Jika demikian pensikapan pada istilah rofidhoh, maka bagaimana sikap kita dengan istilah ikhwany, surury, turotsy, quthby, hizby, dan lain sebagainya?????

Perbaiki Diri

Sering sekali kita membaca hadits perpecahan umat, yang berbunyi :

افترقت اليهود على إحدى أو اثنتين وسبعين فرقة، وتفرقت النصارى على إحدى أو اثنتين وسبعين فرقه، وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة . وفي بعض الروايات : كلها في النار إلاَّ واحدة هي الجماعة. رواها أحمد وأبو داود وابن ماجه وفي بعضها : ما أنا عليه وأصحابي. رواها الترمذي .

“Yahudi terpecah belah menjadi 71 atau 72 golongan, dan Nashrani terpecah belah menjadi 71 atau 72 golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan”. Dalam riwayat lain disebutkan : “semua golongan tersebut akan masuk neraka kecuali satu, yaitu AL-JAMA’AH”. Dalam riwayat lain disebutkan: “yaitu (orang-orang yang berdiri diatas sunnah) yang aku dan sahabatku berdiri diatasnya”. H.R Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad.

Namun sayang, terkadang secara tidak sadar kita justru menjadi salah satu penyebab perpecahan tersebut. Kita mengaku dan meyakini sebagai golongan yang selamat, namun pada tataran amaliyahnya kita justru melakukan tindakan-tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh golongan yang selamat!!

Berapa banyak orang menjadi keras hati, benci kepada orang yang tidak dia kenal dan fanatic terhadap seorang syekh yang juga tidak dia kenal lantaran kita takut-takuti dengan istilah istilah “angker”, hizbi, sururi, turotsi, quthbi, dll…???
Berapa banyak orang menjadi dungu dan bodoh dalam urusan agama lantaran tersibukkan dan diikut-ikutkan dalam dakwah labelisasi ini???

Berapa banyak orang tidak hafal al-Qur’an namun hafal nama-nama orang, lembaga dan yayasan hizby, turotsy, surury, quthby, ikhwany… lantaran kita gencar dalam dakwah labelisasi…???

Cukup! Cukup! Dan sangat cukup!!

Jika kita mendengar keterangan sebagian ulama tentang penyimpangan seseorang atau jama’ah, maka pahamilah dengan baik dan terapkan pada diri kita sendiri, bukan pada orang lain!! Keraslah kepada diri kita sendiri, dan lembutlah kepada orang lain!!

Akhir kata : “Alangkah indahnya Manhaj Salafy dan alangkah buruknya Manhaj Labelisasy…”

Semoga menjadi bahan inspirasi.

Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar