Blogger templates

Senin, 13 April 2020

MUHAMMADIYAH – NU AKAN KOMPAK DALAM PENENTUAN AWAL RAMADHAN DAN IDUL FITHRI 1441 H


Penentuan awal Ramadhan dan Idul Fithri di negeri kita selalu menyisakan perdebatan panjang, meski pemerintah melalui Kementrian Agama tiap tahun melakukan rapat (sidang itsbat) diawali dengan pemantauan Hilal dari berbagai titik yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, tetap saja setiap ormas Islam menerbitkan sikap dan himbauannya untuk anggotanya masing-masing.

Secara perundang-undangan hal ini sah-sah saja karena Pemerintah melindungi hak warga negara untuk beragama sesuai dengan keyakinanannya, meski secara pandangan syariat hal ini patut untuk direnungkan secara mendalam. Mengapa?

Karena puasa Ramadhan dan pelaksanaan sholat Idul Fithri bukan hanya sekedar ibadah biasa, namun mengabungkan antara syari’at dengan syi’ar. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad shallalallahu alaihi wa sallam bersabda:

الصوم يوم تصومون والفطر يوم تفطرون والأضحى يوم تضحون

“Puasa adalah hari dimana kalian (kaum muslimin) berpuasa, Idul Fithri adalah hari dimana kalian berbuka, dan Idul Adha adalah hari dimana kalian berkurban” HR. At-Tirmidzi, dishohihkan oleh Al-Albani.


Hadits diatas menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjadikan ketiga hal tersebut (puasa Ramadhan, Idul Fithri dan Idul Adha) sebagai tiga ibadah yang dilakukan secara berjama’ah, bukan sendiri-sendiri.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang hadits tersebut:

إنما معنى هذا الصوم والفطر مع الجماعة وعظم الناس

“Makna hadits ini adalah puasa dan lebaran dilaksanakan secara berjama’ah bersama banyak orang” [Majmu’ Al Fatawa]

Dan penulis juga yakin, tidak ada seorang muslim-pun yang tidak mendambakan bersatunya kaum muslimin dalam syi’ar mereka!

Berita Gembira Ditengah Wabah Corona

Ditengah pandemi global Covid-19, sehingga mengakibatkan masjid-masjid ditutup dari pelaksanaan sholat berjama’ah, ada sebuah berita yang menggembirakan yaitu bersatunya dua ormas Islam, NU & Muhammadiyah dalam awal Ramadhan dan Idul Fithri tahun ini.

Umat Islam di Indonesia memang tidak hanya terdiri dari NU dan Muhammadiyah, namun dua ormas ini adalah ormas dengan anggota dan simpatisan terbanyak, sehingga jika dua ormas ini bersepakat dalam penentuan awal Ramadhan dan Idul Fithri tentu ini merupakan satu kebaikan yang akan dirasakan oleh kaum muslimin secara luas di negeri kita tercinta ini.

Jika ada yang bertanya, apakah NU dan Muhammadiyah telah membuat kesepakatan? Jawabannya saya tidak tahu. Lalu darimana kita ketahui bahwa NU dan Muhammadiyah akan kompak dalam penentuan awal Ramadhan dan Idul Fithri tahun ini?

Begini...

Perbedaan pendapat antara NU dan Muhammadiyah dalam hal ini telah berlangsung lama di negeri kita, sehingga membelah secara besar barisan kaum muslimin dalam pelaksanaan syi’ar ini. Tentu saja selain dua ormas ini ada kelompok-kelompok lain yang memiliki pendapat yang berbeda, namun jumlah mereka tidak signifikan secara nasional.

Lantaran ‘perseteruan’ ini telah berlangsung lama dan diperlihatkan kehadapan publik, sehingga sangat mudah bagi yang mengikutinya untuk mengetahui seperti apa sejatinya perbedaan pendapat tersebut. Muhammadiyah memiliki metode “wujudul hilal” sedangkan NU berpegangan dengan tehnik “imkanur ru’yah”.

“Wujudul hilal” adalah menganggap telah masuk bulan baru jika pada saat matahari tenggelam pada tanggal 29 bulan telah terbentuk dan berada diatas garis ufuk. Sedangkan “imkanur ru’yah” adalah mensyaratkan posisi hilal pada ketinggian tertentu pada saat matahari tenggelam pada tanggal 29 bulan, syarat ketinggian tersebut harus pada ketinggian minimal hilal dapat dilihat dengan mata telanjang. NU meyakini bahwa ketinggian tersebut adalah pada titik 2o diatas ufuk.

Nah, jika kita ingin mengetahui apakah NU dan Muhammadiyah akan berbeda atau tidak pada penentuan awal ramadhan, idul fithri dan idul adha adalah dengan melihat hasil perhitungan (hisab), jika didapati hasil perhitungan menunjukkan posisi hilal masih dibawah ufuk ( <0o ) atau telah wujud dengan posisi diatas 2o, maka dapat dipastikan NU dan Muhammadiyah akan kompak. Namun jika posisi hilal diantara 0o s.d <2o, maka dapat dipastikan NU dan Muhammadiyah akan berbeda.

Menurut Maklumat Pimpinan PusatMuhammadiyah Nomor 01/MLM/I.0/E/2020 tentang Penetapan hasil hisab ramadan, syawal dan zulhijah 1441 hijriah, didapati tinggi hilal pada saat matahari terbenam tanggal 23 April 2020 (29 sya’ban) adalah 3o lebih. Itu artinya NU juga dapat dipastikan akan menentukan awal Ramadhan 1441 H jatuh pada tanggal 24 April 2020.

Sedangkan untuk Idul Fithri, hasil hitungan (hisab) didapati pada saat matahari terbenam di tanggal 29 Ramadhan (22 Mei) hilal belum terwujud dan baru akan terwujud pada dini hari tanggal 23 mei. Artinya baik NU maupun Muhammadiyah sama-sama akan berpuasa selama 30 hari (istikmal) dan melaksanakan Idul Fithri pada tanggal 24 Mei 2020.

Meski pelaksanaan ibadah Ramadhan dan Idul Fithri tahun ini akan terasa berbeda akibat dari wabah corona, namun semoga dengan bersatunya dua  ormas Islam besar ini menjadi tetesan segar ditengah kerinduan akan sholat berjama’ah. Meski badan kita tidak bersatu, namun kita akan bersatu dalam waktu pelaksanaan.

Disaat raga tidak bersua, mari kita saling mendo’akan kebaikan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

«مَنْ دَعَا لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ، وَلَكَ بِمِثْلٍ»

Barangsiapa yang mendoakan kebaikan untuk saudaranya disaat ketidakhadirannya, maka ada Malaikat yang ditugaskan akan berkata, “aamiin... dan semoga kamu mendapatkan seperti yang kamu doakan tersebut” HR. Muslim.

Jonggol, 14 April 2020
Akhukum,

Aminullah Yasin

0 komentar:

Posting Komentar